Author's notes: Hai! Thanks ya udah mau nge-klik cerita ini dan penasaran dengan ceritanya. Mudah-mudahan sih gak langsung kabur begitu baca cerita ini. Hahaha xD

Attention: Kata-kata yang dimiringkan (di-italic) berarti menceritakan kejadian masa lalu atau mimpi atau mengingat sesuatu atau bisa juga kata yang ditekankan… Ungkapan hati juga bisa. Yah, pokoknya kata-kata yang dimiringkan itu bukan menceritakan tentang kejadian saat ini. Duh, jadi lieur… Baca langsung aja deh!

Oh, dan basisnya Japan life style, oke? (gak terlalu tahu kehidupan di jepang kayak apa sih, tapi aku ingin menulisnya seperti itu, jadi, just deal with it!)

Semoga kalian menyukai cerita ini. Selamat membaca! :D

-o-

-Hanya Tiga Kata © SeYuRiO-

-o-

Aku suka kamu. Aku suka kamu. Aku suka kamu.

Hanya tiga kata itulah yang kubutuhkan. Hanya itu.

Kapankah kau akan menyadari perasaan ini?

"Yo! Mau pulang bareng?" tanya pemuda berambut hitam dengan poni samping. Dia menunjukkan giginya yang super putih itu – uh, aku tak tahu bagaimana cara dia menjaga gigi-gigi cemerlangnya itu – dan dia mengendikkan kepalanya ke jok belakang sepedanya.

Aku menatap jok belakangnya yang kosong melompong dan tersenyum kecil. Pemuda ini begitu menggodaku… Andai dia tahu.

"Oke. Thanks ya!" jawabku, menerima tawarannya.

"Eeeits! Jangan bilang thanks dulu! Kan belum menikmati apa yang kutawarkan."

"Hmm, benar juga."

Dia tertawa karena kebodohanku tersebut. Sialan. Uuh…

Tapi… Jarang sekali melihat dia tertawa seperti ini – di depanku lagi. Aku benar-benar beruntung. Hihihi…

"Hei, jangan senyum-senyum gitu ah. Serem tahu!" katanya. Aku hanya bisa menjulurkan lidahku dan menduduki jok belakangnya. Kurang nyaman sih, karena joknya dari besi (Ya iyalaaaaah) tapi bisa sedekat ini dengannya merupakan kebahagiaan tersendiri. Wuaaaah!

"Tancap Ken!"

"Sip tuan putri!" balasnya, mengedipkan sebelah matanya kepadaku – membuat jantungku berdebar kencang. Sialan… apa dia lihat? Apa dia sadar kalau wajahku menjadi merah?

"Hei Ren, bagaimana kalau kita ke taman D dulu?" tanyanya sambil memboseh sepeda. Dia tidak menoleh kepadaku. Kurasa, dia sedang serius menyetir sepeda. Yang dapat kulihat hanyalah rambutnya… Rambutnya yang hitam bergoyang ke belakang, ditentang angin… Keren sekali…

"Ren?"

"Ya?"

"Kau melamun?"

"Tidak, mengapa?"

"Jadi jawabanmu apa? mau atau tidak?"

Hmm? Jawaban apa sih? Memangnya tadi dia tanya apa?

Terdengar suara tawanya lagi. Ukh, sepertinya dia tahu aku tidak menyimak. Sialan! Triple damn shit!

"Sudahlah, tawarannya lain kali saja deh."

Tawaran apa sih? Uuh, jadi penasaran kan?

-o-

"Ren, sudah sampai nih!"

"Yo, thank you!" kataku sambil mengedipkan mataku, menggodanya.

Hmm? Kok rasanya dia terdiam? A-apa ada yang salah? Wajahnya…? Eeeekh! Ja-jangan bilang kalau dia menyukaiku juga! Oh my God! Yang benar saja! Duh, jantungku berdebar kencang lagi nih. Jadi aneh… bagaimana ini?

Aku menatap jalanan sekitar kakiku, berusaha tidak menatapnya. Uuh, tapi tetap kepikiran. Dasar Ken, bikin perasaan jadi gak karuan gini… Bukannya dia sudah punya pacar? Lalu mengapa dia memerah hanya karena aku kedip? Hei, aku gak ke-GR-an kan?

"Dasar genit!"

"Eh?"

Dia sedang menjulurkan lidahnya padaku. Dia benar-benar sialan… kukira…

"Yo, duluan ya! Besok aku salin PR-mu. Hahahha…"

"Ngarep! Daaaah!"

Dengan begitu kami pun berpisah. Setelah memastikan dia pergi, menghilang di belokan sudut rumahku, aku pun memasuki rumah. Kututup pintu rumahku perlahan-lahan dan segera kulepaskan sepatu hitam yang kubeli dengan model yang sama dengan Ken. Melihat sepatu itu, aku jadi teringat banyak hal tentang aku dan dia bersama… Haah, sudahlah. Itu menyakitkan.

"Aku pulang~"

Aku pun memasuki ruang tengah dan menyapa orang tuaku yang rupa-rupanya sudah tahu kalau aku datang. Wajahnya penuh rasa ingin tahu. Ukh, sepertinya aku tahu apa yang akan dia tanyakan…

"Tadi siapa Ren?"

Tuh kan… Aduh.

"Itu kan Ken ma… Mama lupa ya?" tanyaku balik dengan maksud menyerang. Mama memang sudah mengenal Ken karena kami berdua sudah berteman sejak kecil. Ya, kira-kira sejak aku duduk di kelas 3 SD. Saat-saat itulah yang membuatku jatuh cinta kepadanya.

Aku masih ingat bagaimana takutnya aku saat itu, dan dia datang begitu saja kepadaku…

"Pegang tanganku."

"Ehem!"

"He, Eeekh!" Astagaaaa, aku melamun lagi? Ada yang salah denganku hari ini. Aku yakin itu.

"Mama tahu kamu menyukai Ken. Cerita pada mama donk Ren," pinta mama sambil menyeringai geli. Sepertinya dia sedang membayangkan cerita kekanak-kanakkan yang akan keluar dari mulutku nanti. Hmmph! Cerita cintaku ini tidak kekanak-kanakkan! Maaf saja ya!

"Aku mau ke kamar saja, ada tiga PR. Panggil aku saat makan malam," kataku dengan dingin. Mengabaikan wajah geli mama, aku lewat di depannya dan berpura-pura seakan percakapan barusan tidak penting. Padahal penting bangeeeet! Ini kan lagi ngomongin soal KEN! Ukh, diam!

Aku pun menaiki tangga menuju kamarku di lantai dua dan segera menutup pintu kamarku untuk memastikan mama tidak mengintip apapun yang akan kuperbuat di dalam kamar ini. Hei, mama itu orang yang selalu ingin tahu! Aku pernah memergoki mama sedang mengoprek diari adik laki-lakiku karena dia selalu pulang dengan senyum di muka sejak tiga bulan yang lalu. Aku tahu mama akan melakukan hal yang sama terhadap diariku, jadi… MAAF SAJA! Aku sudah menyembunyikannya dengan aman. Ahahha..

Aku pun bergegas menuju lemari bajuku dan merogoh bagian dasar yang diselimuti oleh kertas Koran. Aku selipkan tanganku di antara kertas Koran itu dan menarik keluar benda yang paling ingin dicari mama hari ini. DIARIKU! YEAHA!

Oh, diari ini pun bukan tanpa kenangan sama sekali. Buku yang kujadikan diari ini memang buku biasa, tapi ini… ini adalah pemberian Ken. Barang ke-er.. berapa ya? Yah, pokoknya ini adalah barang yang dia berikan untukku. Buku ini cukup tebal untuk menampung semua ceritaku selama 2 tahun.

Setiap melihat diari ini, senyumku langsung terkembang. Aku sangat menyukai diari ini. Diariku…

Segera aku beranjak tidur-tiduran di kasur dan meletakkan diariku di hadapanku. Dengan bolpen siap di tangan, yeah, aku siap menulis kejadian hari ini.

Setelah entah berapa jam aku asyik tenggelam dalam pikiranku, suara ketukan pintu dari mama terdengar juga.

"Karen, ayo turun. Sudah jam makan malam!" seru mama dari luar kamarku.

"Ya!"

Oh ya, aku lupa mengenalkan diriku. Namaku Kurinoku Karen, duduk di kelas 1 SMA. Aku menyukai orang ini, Yotaro Kenno, sejak kami berdua masih kelas 3 SD.

Terlalu muda? Yaaa, apapunlah. Yang penting aku menyukainya dan… mungkin ini jenis cinta bertepuk sebelah tangan. Aah, entahlah, aku tak mau berpikir dulu. Sekarang aku mau makan!

-to be continued-

Author's notes: Nah, bagaimana? Menurut kalian bagaimana ceritanya? Beritahu aku donk~ Mungkin karakternya kurang menggugah atau namanya kurang bagus, atau plotnya terlalu biasa, atau ceritanya terlalu pendek, atau kau menyukai ceritanya, yaaaaa apapun! Berikan masukanmu padaku ya! Aku ingin tahu kesan orang terhadap cerita ini karena ini juga menentukan harus bagaimana aku melanjutkannya.

Terkadang plot awal bisa berubah karena terpengaruh pendapat pembaca loh! Juga pendapat bisa membantu pengarang untuk keluar dari kebuntuannya (y'know, writer's block~) Hahaha… Ayo berikan opinimu!

Press the pretty button below!