Hai dichapter sebelumnya aku bilang gak ada yang baca cerita aku, tapi ya ternyata ada yang baca juga walaupun cuma bisa diitung jari. Aku ngepost chapter kemaren tuh belum ngecek dulu gitu, jadi ga tau kalau udah ada yang baca. Tapi aku udah bersyukur kok ada yang baca, eumh kalau boleh minta revieuw juga ya, biar aku bisa tau dimana letak kesalahan-kesalahan aku. Soalnya aku kan masih newbie,, yah .. yahh.. *kedip-kedip mata

Oh iya aku mau nanya cara buat ngeliat siapa aja yang baca cerita kita tuh gimana yah, aku masih bingung. Disitu cuma ada tulisan vieuwers aja, tanpa ada keterangan siapa. Skip.. Dichapter ini Andhika mulai muncul ya.. Ok, lets check this out !

Revan's Pov

"Sayang... Aku kangen banget sama kamu." Cewek cantik dan seksi didepanku mulai berbicara manja sambil menggelayut pada pundakku yang kata orang sih ya, tegap gitu. Maklum lah orang aku minum terus suplemen biar dapet tubuh kaya gini. Dan tentunya aku juga olahraga dan makan teratur pastinya. Karna gak mungkin aja kan ada cowok yang dapet tubuh atletis cuma dengan minum suplemen atau cuma susu yang diiklanin cowok-cowok dengan dada bidang dan perut sixpack yang selalu diimpikan para wanita.

Kalau itu memang membantu aku bilang ya iya, tapi tetep latihan yang penting. Gak mungkin kan cuma minum susu aja bisa bikin tubuh atletis? Kalau jawabannya iya, maka gak akan ada cowok macho dan seksi didunia ini. Kenapa? Ya kali, kalau semudah itu mah, semua cowok bakal kaya gitu tubuhnya. Dan pasti cewek-cewek pada bosen. Dan bisa ajak kan malah yang tubuhnya gendut kaya buntelan yang dianggap seksi?

Haduhh,, apa-apaan sih pikiranku kok bisa ngaco begini.

Sekarang gadis itu mulai menyusuri kulit tubuh bagian atasku, dari mulai perut lalu naik kedadaku yang bidang dan dengan gerakan cepat namun seksi dia membuka dua kancing kemeja bagian atasku dan menonjolkan tubuhku yang katanya indah.

Sekarang dia menyandarkan tubuhnya didadaku dan duduk dipangkuanku tanpa berhenti menyusuri kulitku yang sekarang naik pada leherku. Dia menahannya beberapa saat sambil memutar-mutarkannya membuat tubuhku mulai panas menerima sentuhannya.

Saat telunjuknya mulai berada diwajahku tepatnya dibibirku dengan sekali hentakan dia menerkam bibirku yang masih tertutup dengan ganas. Aku berusaha menahan diri saat dia mulai berusaha membuka mulutku agar lidahku bisa bertautan dengannya. Walaupun sebenarnya saat ini ingin rasanya aku membalikan keadaan dengan membiarkannya dibawah dan aku mengeksplor lidahku untuk menelusuri tiap jengkal badannya.

Tapi segera kutepis semua perasaan itu, dan beruntung wanita ini tidak cukup menarik hatiku untuk melakukannya. Aku masih bisa mengendalikan diriku untuk tidak berbuat apa-apa dan sepertinya aku berhasil, karna saat ini tidak ada anggota tubuhku yang melakukan hal apapun untuk merespon rangsangan yang dia berikan padaku.

Kecuali.. Kecuali sesuatu dibawah sana yang sudah menegang sejak tadi. Ya tentu saja, karna aku juga lelaki biasa yang normal. Aku yakin semua wanita yang ada dalam keadaanku sekarang pasti reaksinya sama, bahkan mungkin lebih.

Setelah mengumpulkan semua kekuatanku akhirnya aku bisa mendorong gadis itu, sekarang dia terjerembab dilantai dengan wajahnya yang menunduk.

Lalu aku mulai menunjukan telunjukku pada gadis malang ini. "Hey siapa yang mengijinkanmu untuk menyentuhku."

"Ahh.. Umhh maaf aku kira kamu gak keberatan." katanya kikuk, sambil menggosok-gosokan tangannya pada kakinya yang jenjang. Mungkin dia kesakitan karna doronganku tadi.

"Tentu saja aku keberatan, aku gak sudi disentuh wanita penghianat sepertimu." kataku kesal.

"Penghianat? Maaf aku sayang, aku bisa jelasin masalah kemaren itu" jawabannya membuatku semakin geram.

"Sudahlah tidak perlu menjelaskan apapun, karna aku tidak mau mendengarnya." kataku sambil berbalik memunggunginya.

Kulihat dia bangkit dan hendak memeluku dari belakang, tapi dengan sigap aku segera berbalik dan mundur beberapa langkah dan mengangkat kedua tanganku.

"Tidak, jangan mencoba merayuku. Aku tidak akan pernah percaya lagi padamu dan memafkanmu. Pergilah dan jangan pernah tunjukan wajahmu didepanku lagi."

Tiba-tiba dia mendaratkan lututnya dilantai dengan cukup keras, aku yakin itu sangat menyakitkan. Dan aku lihat dia menunduk dengan pundak yang bergetar hebat. Aku yakin dia sedang menangis saat ini.

"Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkanku. Tapi aku bersumpah, aku tidak pernah menghianatimu." kudengar bibir manisnya itu berkata-kata sambil terus bergetar karna menahan tangis.

Aku tidak tega melihat ini segera kuhampiri dia, dan aku mulai memegang pundaknya bermaksud untuk membangunkannya. Aku lihat dia mulai bangun dan hendak berbicara lagi walaupun tangisnya makin hebat.

Segera ku sentuh bibirnya dengan telunjuku, bermaksud untuk menghentikan dia berbicara yang lain. Dengan kedua tanganku ini, aku menarik tubuhnya kepelukanku ku elus punggungnya untuk menenangkannya.

"Maaa..aff..kan aaaaakuuu." katanya disela tangisannya.

"Sudahlah, setelah kau tenang nanti kau jelaskan semuannya." kataku semakin mengeratkan pelukanku.

Dia terus menangis tersedu-sedu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan ikut merasa sedih.

"Cutttttttttt..."

Semua orang diruang ini bertepuk tangan dan berhambur menghampiri kami. Rico yang merupakan manajerku pun datang menghampiriku mengambilkan air minum.

"Mennnnn... Tadi itu keren banget, kamu ngambil scene tadi bagus banget. Cuma sekali take, mennnn?" katanya membuat aku tergeli-geli melihat dia memainkan tangannya seperti penyanyi hiphop.

"Ah biasa saja, itukan kerjasama aku sama Stella. Jadi dia juga hebat dong?" kataku menyembunyikan rasa banggaku.

"Engga men, kalau tadi kamu sedikit aja tergoda sama dia, aku yakin pasti gak akan berhasil." katanya memegang pundakku.

"..."

Rico mendekat dan berbisik, " Ka, lo tadi hebat banget. Gue aneh lo bisa tahan iman sama cewek kaya Stella" katanya sambil memainkan alisnya.

Hah.. Sebenarnya aku juga tergoda untuk membalas ciumannya tadi. Tapi aku mencoba profesional saja.

"Kalau gue yang jadi lu tadi, mungkin SiStella itu udah abis kali." lanjutnya, disusul dengan tawa yang cukup keras.

Sementara itu aku melihat Stella mulai mendekat menghampiriku. Dia tersenyum dan menjabat tanganku.

"Selamat ya.. Akting kamu bagus banget tadi."

"Ah biasa saja." kataku merendah.

Tapi dia sekarang menunduk sambil berbisik, "Penghayatan kamu bagus banget, sampai-sampai semua anggota tubuhmu juga ikut bermain." dia tertawa cekikikan sambil berlalu meninggalkanku.

Semua anggota tubuhku bermain, Apa maksudnya? Hah.. Apa jangan-jangan dia tau kalau tadi juniorku menegang? Memalukan.

Ah tapi tidak apa-apa, itu kan reaksi normal dari seorang laki-laki. Kalau aku tidak begitu, berarti aku tidak normal. Dan seharusnya aku malu jika tidak normal.

Oh iya, kenalin namaku Andhika Priarnata. Profesiku adalah seorang aktor yang sedang cukup terkenal saat ini. Ya bukannya sombong, tapi aku bicara soal kenyataan.

Dari kecil aku dibesarkan oleh keluarga yang berada. Dan dari kecil sifatku itu selalu ingin mendapatkan apa yang aku inginkan, dan benar saja sampai saat ini tidak ada keinginanku yang tidak tercapai. Bahkan dulu saat aku masih sekolah SMP aku sudah bebas membawa mobil sportku dengan bebas tanpa larangan dari guruku atau pihak sekolah. Tentu saja karna orang tuaku adalah donatur terbesar dan tetap pada Yayasan Sekolah itu.

Pekerjaanku ini sebenarnya bukan hal pokok untukku mencari uang. Sebenarnya dengan aku tidak bekerja sama sekali aku bisa saja hidup enak. Secara kekayaan keluargaku itu tidak akan habis tujuh turunan.

Pekerjaanku saat ini sebenarnya hanya untuk menyalurkan hobbyku diduniia seni peran. Entah kenapa aku sangat menyukai akting, dan itu satu-satunya alasan kenapa aku sampai saat ini masih menjalani rutinitasku ini.

Meskipun begitu aku tidak pernah menampik, jika dengan pekerjaanku ini juga menghasilkan banyak uang yang mungkin tidak akan habis jika aku menghamburkannya selama puluhan taun. Karna saat ini aku adalah aktor yang paling dicari dan bayaranku perfilm mungkin akan menyamai penghasilan suatu perusahaan kelas menengah untuk satu bulan.

Itu semua membuatku menganggap kalau uang itu bukan hal yang penting. Ya mungkin aku berlebihan. Tapi aku kadang pusing bagaimana caraku menghabiskan uangku. Haha.. Lucu memang. Disaat orang-orang diluar sana pusing bagaimana mencari makan untuk esok hari. Aku malah pusing bagaimana caraku besok untuk menghabiskan uangku yang makin hari makin menumpuk.

Setelah jadwal syutingku berakhir hari ini, saatnya aku istirahat. Lelah sekali rasanya setelah seminggu penuh syuting diluar kota. Membuatku tak sabar ingin segera memejamkan mataku ini. Apalagi sekarang sudah jam 10 malam, segera kulajukan mobilku dengan cepat berharap segera sampai ketempat tujuanku.

TBC