Dominik sudah menunggu kedatangan Kaito dan Luna di luar pintu kedatangan bandara Roissy Charles de Gaulle. Kedatangan pesawat mereka sudah diumumkan 15 menit yang lalu, seharusnya tidak butuh lama untuk kedua orang itu keluar dari bandara. Apalagi mereka tidak membawa barang apapun selain identitas diri mereka. Dugaannya tepat saat ia melihat sosok mungil Luna yang melewati pintu diikuti Kaito di belakangnya. Mereka nampak sedikit berdebat sebelum akhirnya menemukan Dominik yang sedang berdiri tidak jauh dari pintu kedatangan. Dominik sadar bahwa Kaito dan Luna tidak memiliki hubungan yang baik sejak pertama kali mereka bertemu. Tapi, suasana apa yang sedang dilihat Dominik saat ini?
"Dominik." Sapaan Luna menghentikan pikiran yang tadi sejenak mampir di kepalanya.
"Perjalanan kalian menyenangkan?" tanya Dominik sembari berjalan ke luar bandara.
"Tidak."
"Sedikit."
Jawaban berbeda dari kedua orang itu menghentikan Dominik untuk melangkah lebih jauh. Ia mengangkat salah satu alisnya, menunggu penjelasan lebih lanjut dari Kaito dan Luna. Terutama dari Luna yang secara mengejutkan menyatakan adanya 'sedikit' kesenangan dari penerbangan singkat mereka. Well, Dominik jelas tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut Luna yang terkenal menjaga jarak dengan Kaito.
"Wah, kau benar-benar ingin melanjutkan hal ini? Kita sudah sepakat untuk tidak membahasnya kan?" Kaito menatap Luna di sampingnya sambil berkacak pinggang.
"Apa? Aku hanya memberikan pendapat jujurku atas pertanyaan Dominik." Luna menjelaskan sambil lalu, menyusul Dominik yang ada beberapa langkah di depannya.
"Hei! Kita sudah sepakat untuk meninggalkannya di pesawat tadi kan?" Kaito terlihat kesal, tidak terima dengan keputusan Luna.
Dominik kembali memperhatikan kedua temannya yang sudah berjalan melaluinya dalam perdebatan kecil mereka. Tidak menyadari bahwa mereka tidak tahu kemana mereka harus pergi. Pikiran yang tadi sempat hilang mampir lagi, dan semakin bertambah kuat saat Kaito memanggilnya untuk segera menyusulnya.
"Emerald bisa histeris kalau dia melihat ini," gumam Dominik dengan senyum kecilnya. Ia pun mengajak Luna dan Kaito untuk memasuki sebuah mobil hitam.
"Emerald di mana?" Luna bertanya setelah memperhatikan bahwa di mobil yang mereka naiki saat ini tidak ada sosok sahabatnya. Saat melihat Dominik berdiri seorang diri di luar pintu kedatangan, Luna mengira bahwa Emerald menunggu di dalam mobil. Namun, hingga mobil itu mulai melaju keluar dari bandara, Luna tidak melihat ataupun mendengar apapun soal Emerald.
"Benar. Kemana tuan putri yang tidak tau sopan santun itu? Seenaknya saja dia menyuruh orang pergi ke sana kemari. Memangnya dia pikir orang-orang tidak sibuk apa?" Kaito kembali mengomel, teringat dengan telepon Emerald yang tadi pagi memerintahkannya untuk menjemput Luna dan menyusulnya ke Paris.
Dominik yang duduk di sebelah supir hanya bisa memberikan jawaban singkat, "Emerald baik-baik saja. Ia menunggumu di lokasi, Luna."
"Apakah ada masalah dengan peragaan busananya?" tanya Luna. Dia jelas-jelas khawatir mengingat suara mendesak Emerald di telepon tadi pagi. "Apakah masalahnya cukup besar? Emerald baik-baik saja kan?"
Dominik menoleh ke arah Luna, "Sayangnya Emerald melarangku untuk bercerita lebih jauh. Dia menyebutkan dengan sangat jelas, bahwa dia yang akan menceritakan semuanya sendiri. Yang pasti, kehadiranmu sangat dibutuhkan di sana, Luna."
"Woah." Kaito mendecak sinis, "Dia mulai berani merahasiakan sesuatu? Ada apa ini sebenarnya, Dominik? Kau benar-benar tidak mengetahui apapun?" Kaito jelas curiga karena Dominik ikut pergi ke Paris menemani Emerald. Tidak masuk akal kan kalau dia tidak mengetahui apapun.
"Aku tidak bilang kalau aku tidak tau apa-apa. Aku hanya bilang kalau Emerald melarangku untuk menceritakannya kepada kalian."
"Apa?" Kaito dan Luna jelas kebingungan.
"Sebaiknya, kalian beristirahat untuk menyimpan tenaga kalian." Dominik menyahut dengan santai. Ia memundurkan kursi duduknya, melipat kedua tangannya di depan dada dan mulai memejamkan matanya. Terlihat sangat jelas ia tidak ingin menjawab pertanyaan Kaito dan Luna lebih jauh. "Perjalanan kita akan cukup memakan waktu."
Kaito dan Luna hanya bisa saling pandang. Sebenarnya ada masalah apa yang membuat Emerald menerbangkan mereka ke Paris dan membuat Dominik menutup mulut rapat-rapat.
"Dominik!" Luna kembali memanggil sahabat Emerald dan meminta jawaban. Namun Dominik tetap dalam posisinya semula dan tidak menghiraukan panggillan Luna.
Luna hampir frustasi saat ia melihat gelagat Kaito yang ikut memundurkan punggungnya ke kursi. Mencoba bersikap santai di tengah-tengah kebingungan ini. "Kau tidak ada keinginan untuk sedikit membantuku mencari tau ada apa ini sebenarnya?" tanya Luna kesal.
"Dengan sikap Dominik yang seperti itu?" Kaito menunjuk ke arah Dominik yang sudah nampak tertidur di depannya. "Lupakan. Hanya akan membuang-buang energi saja."
"Tapi kan…"
"Kau mengerti bagaimana sifat sahabatmu itu kan? Bagaimana keras kepalanya dia saat menginginkan sesuatu? Kita hanya bisa menunggu sampai Dominik memutuskan untuk berbicara kembali atau saat nanti kita bertemu dengan Emerald."
Luna mencoba mencerna kata-kata Kaito dan memutuskan memang seperti itulah Emerald. Bahkan Kaito yang merupakan teman masa kecilnya sering kali tidak bisa melakukan apa-apa dan memilih untuk mengikuti saran Dominik apabila berhubungan dengan Emerald.
"Hei, setidaknya bantu aku menghubungi Emerald." Luna memohon. "Ia tidak mengangkat telepon ataupun menjawab pesanku."
"Tidak."
"Murasawa-san!" Luna mencoba menahan rasa kesalnya karena penolakan Kaito.
"Kaito," sahut Kaito singkat, mengoreksi panggilan Luna.
"Hah?"
Kaito kembali menatap Luna dan berkata, "Panggil aku Kaito, baru akan kubantu kau menghubungi Emerald."
Luna tidak bisa mempercayai pendengarannya. "Kau! Bisa-bisanya dalam situasi seperti ini…"
Kaito mengangkat kedua bahunya dan mulai memejamkan matanya, "Murasawa saat ini sedang lelah dan dia sangat butuh tidur."
"Murasa…"
"Dominik bilang bahwa Emerald baik-baik saja." Kaito memotong kata-kata Luna sebelum ia mendengar teriakan lagi. "Tenang saja. Dominik bisa dipercaya."
Luna menghela nafas kalah. Apa yang bisa ia lakukan apabila kedua sahabat Emerald memilih untuk tidur daripada membantunya menghubungi Emerald? Luna pun menyerah saat usahanya untuk menghubungi Emerald melalui telepon dan pesan tidak membuahkan hasil.
Luna sedikit terganggu saat ia merasakan seseorang mencoba membangunkannya. Luna bahkan tidak sadar kapan ia memejamkan mata, tapi rasa pegal di lehernya menandakan setidaknya ia sudah tertidur kurang lebih beberapa jam. Saat kesadarannya mulai kembali, Luna mengenali bahwa Kaitolah yang membangunkannya. Dengan sedikit linglung, Luna berusaha untuk duduk tegak di bangku dan menyadari bahwa di luar mobil sudah tidak terlihat apa-apa.
"Di mana?"
"Entahlah," jawab Kaito sambil mencoba merenggangkan badannya. "Dominik sedang keluar sebentar."
Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 9 malam. Mereka sudah menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam semenjak mereka keluar dari bandara. Apakah peragaan busana kali ini diadakan di tempat yang jauh dari pusat kota? Luna baru menyadari bahwa Dominik benar-benar memberikan informasi yang minim sejak mereka bertemu di bandara.
Dominik membuka pintu di samping Luna beberapa detik kemudian, "Ayo turun. Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan mobil."
"Kita ada di mana, Dominik?" tanya Luna sambil merapikan barang-barangnya. Tidak lama ia keluar dan bersama-sama dengan Kaito menyusul Dominik yang berdiri di depan mobil.
Suasana gelap membuat Luna sedikit kesulitan melihat area sekitar. Namun, Luna bisa melihat bahwa di depan sana ada jalan setapak yang mengarah ke sebuah desa yang terlihat begitu indah oleh lampu yang menyala terang dari rumah-rumah di sana. Luna merasa familiar dengan pemandangan ini. Tidak. Ia mengenalinya dengan baik. Deretan rumah kayu berwarna-warni yang berjajar rapi. Sungai yang mengalir di depan rumah-rumah itu. Jembatan yang terlihat indah dengan berbagai macam bunga. Luna mengenalinya karena ia memasangnya sebagai latar layar di komputer dan teleponnya.
"Kita ada di…"
"Colmar." Jawaban Dominik membenarkan dugaan Luna.
"Serius? Ini di Colmar?" Luna menatap Dominik tidak percaya.
"Tapi, kenapa kita ada di sini?" Kaito menyuarakan pertanyaan lain yang mampir di benak Luna. "Ini bukan kota tempat peragaan busana diadakan kan? Kau yakin Emerald ada di sini?"
Dominik mengangguk singkat kemudian meletakkan kedua tangannya di bahu Luna, "Welcome to Colmar, the rumored Belle's hometown."